Sabtu, 02 Januari 2016

Membentuk Tim Pokja Akreditasi Rumah Sakit Yang Efektif

Dalam membentuk tim Pokja Akreditasi Rumah Sakit diperlukan pemahaman mengenai isi dari standar akreditasi tersebut.  Sebagaimana   diketahui,   sistem   akreditasi   baru   ini   dibagi   menjadi   dua kelompok   yaitu  kelompok   standar   pelayanan   berfokus   pada   pasien   dan   kelompok   standar   manajemen   rumah   sakit dan   dilengkapi   dengan   dua   sasaran   yaitu   sasaran   keselamatan   pasien   rumah   sakit   dan   sasaran millennium   development   goals   (MDGs).   Core   business   pelayanan   rumah   sakit   ada   di   kelompok pertama,   sementara   sistem   pendukung   ada   di   kelompok   kedua.   Sasaran   keselamatan   pasien   sejatinya berada   di   dalam   kelompok   dua,   namun   oleh   Komisi   Akreditasi   Rumah   Sakit   (KARS)   dibuatkan kelompok   khusus.

 Pokja Akreditasi rumah sakit berfungsi untuk melakukan percepatan penyelesaian dokumen-dokumen akreditasi rumah sakit. Dalam pembentukan tim pokja akreditasi rumah sakit harus mempertimbangkan isi dari standar. Disamping itu dalam mempertimbangkan tim pokja akreditasi rumah sakit setidaknya mempertimbangkan attitude dan skill yang dimiliki. Hal ini bertujuan agar terjadinya percepatan pemahaman akan standar. Sebagai contoh, untuk menunjang keberhasilan standar Hak Paien dan Keluarga (HPK) tentunya melibatkan tim dari customer service atau front office, dokter, perawat maupun security.   Contoh yang lain untuk standar Kualifikasi Pendidikan Staf (KPS) setidaknya melibatkan unit HRD, perawat, medis, clinical support, sekretaris medis.  Pokja   berikutnya   adalah   pokja   pencegahan   dan   pengendalian   infeksi   (PPI).   Sebaiknya   berisi   orang-­‐orang   yang   sehari-­‐harinya   mengurus   soal   pengendalian infeksi.   Walaupun   pengendalian   infeksi   tidak   dapat   dilepaskan   dari   keselamatan   pasien,   hendaklah diingat   bahwa   pencegahan   dan   pengendalian   infeksi   sesungguhnya   mempunyai   cakupan   kerja   yang jauh   lebih   luas   daripada   keselamatan   pasien.   Selain   anggota   PPI   RS   sendiri,   hendaklah   pokja   ini mengikutsertakan   mereka   yang   selama   ini   juga   mengelola   limbah,   lingkungan   hidup,   teknik, pemulasaraan   sarana   rumah   sakit,   dan   sentral   sterilisasi   rumah   sakit,   dan   perwakilan   dari   unit-­‐unit pelayanan.   Lebih   baik   bila   pokja   ini   bisa   dipimpin   seorang   dokter   yang   bersertifikat   pengendalian infeksi   atau   seorang   ahli   mikrobiologi   klinis.
Pokja   berikutnya pokja   tata   kelola,   kepemimpinan,   dan   pengarahan   (TKP).   Anggota-­‐anggota   pokja   ini   seperti   namanya,   perlu   mengetahui   dengan   rinci   dokumen-­‐dokumen   dan implementasi   yang   sifatnya   mendasar.   Salah   satu   direktur   atau   justru   direktur   utama   hendaknya memimpin   sendiri   pokja   ini,   dan   mulai   dengan   pembahasan   mengenai   hospital   bylaws   bila   belum ada.   Rumah   sakit   yang   mempunyai   unit   business development  bisa   mengikutsertakan   anggota   unit tersebut   dalam   pokja   ini. 
Pokja    berikutnya adalah    pokja    manajemen    fasilitas    dan    keselamatan     (MFK).    Pokja    ini
mengurus    pemulasaraan    sarana    RS,    kesehatan    dan keselamatan   kerja   (K3),   dan   hal-­‐hal   yang   terkait   antara   fasilitas   dan   pelayanan.   Oleh   karena   itu, ketua   panitia   pembina   K3RS   dan   orang-­‐orang   dari   unit   pemeliharaan   sarana   RS   perlu   masuk   dan berkolaborasi   di   dalam   pokja   ini.
Pokja   berikutnya  pokja   peningkatan   mutu   dan   keselamatan   pasien   (PMKP).   Pokja   ini memang    terlihat    agak    tumpang    tindih    dengan    keenam    sasaran    keselamatan    pasien,    walau sebenarnya   tidak.   Mutu   menjadi   panglima   dalam   pokja   ini.   Oleh   karena   itu,   anggota   pokja  ini sebenarnya   adalah   mereka   yang   selama   ini   mengelola   panitia   mutu   rumah   sakit.   Mutu  rumah   sakit ini   dibedakan   menjadi   mutu   klinis   dan   mutu   manajerial.   Banyak   rumah   sakit  beranjak   mengukur mutu   lewat   standar   pelayanan   minimal.   Anggota   pokok   dalam   pokja   ini   hendaklah   mereka   yang menguasai   soal   mutu   rumah   sakit.

 Pokja   berikutnya adalah  pokja   manajemen   komunikasi   dan   informasi   (MKI). Pokja   ini   unik   karena   telah   memandang   rumah   sakit   sebagai   institusi   yang   memerlukan   (dan tergantung)   pada   sistem   informasi.   Diakui   atau   tidak,   dewasa   ini   sistem   informasi   di   rumah   sakit memang    mulai    memegang    peranan    yang    vital.    Peran    ini    mulai    dari    sistem    billing    sampai pengambilan   keputusan   di   manajemen   puncak.   Pokja   ini   hendaknya   beranggotakan   pimpinan   rekam medis,   dan   beranggotakan   orang-­‐orang   yang   memanfaatkan   informasi   dalam   pekerjaan   sehari-­‐hari seperti   bagian   keuangan,   akuntansi,   pembelian,   dan   lain-­‐lain. 


Disamping itu perlu ada tim dokumen kontrol, yang membantu setiap fungsi untuk melakukan pengendalian dokumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar