Risk
Management, pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit pada era global saat ini haruslah dapat menjamin
tercapainya keselamatan pasien, oleh karena tanpa keselamatan pasien pelayanan kesehatan
dapat dikatakan pelayanan yang tidak bermutu. Keselamatan pasien baru
dapat dijamin atau diyakini tercapai apabila rumah sakit merubah paradigma
pelayanan lama yang hanya berorientasi pada penyakit dengan paradigma pelayanan
baru yaitu pelayanan berfokus pasien (Patient Centered Care). Selain itu
rumah sakit yang ingin menjamin keselamatan pasiennya, haruslah melaksanakan
manajemen risiko secara komprehensif. Rumah sakit perlu menyadarkan seluruh
staf medis, keperawatan dan staf lain yang bertanggung jawab atas pelayanan
pasien akan risiko yang mungkin terjadi terkait asuhan yang mereka berikan pada
pasiennya. Sedangkan staf non klinis termasuk staf administrasi yang juga
berpartisipasi dalam menunjang
pelayanan pasien harus pula ikut
mengelola risiko yang terkait dengan keberhasilan pelayanan pasien. Dengan demikian, manajemen
risiko di rumah sakit (Hospital Risk Management) terbagi menjadi dua
kelompok pengelolaan yaitu manajemen risiko klinis (Clinical Risk Management)
dan manajemen risiko non klinis (Corporate Risk Management). Manajemen risiko adalah
merupakan pendekatan budaya organisasi di rumah sakit dalam mengupayakan
keselamatan pasien, yang menghendaki setiap anggota organisasi berpartisipasi
secara aktif. Manajemen risiko rumah sakit harus dimulai dengan kegiatan
Asesmen risiko, yang dilakukan oleh semua unit kerja yang ada di rumah sakit,
dengan melakukan identifikasi risiko melalui proses brain storming pada seluruh
anggota unit tentang insiden apa saja yang mungkin terjadi pada unit mereka
dengan menggunakan pendekatan berdasarkan area operasional, Finansial, SDM,
Strategis, Legal Peraturan dan Teknologi. Selanjutnya melakukan analisa
risiko dengan membuat matriks dari semua insiden yang telah didentifikasi yang
mengalikan antara probabilitas insiden dengan dampak dari insiden, kegiatan ini
akan menghasilkan peringkat risiko.Setelah didapat peringkat risiko maka
dilakukan evaluasi risiko dengan melakukan prioritas risiko berdasarkan
pertimbangan untung rugi dari setiap peringkat risiko, sehingga dapat
diputuskan apakah risiko akan diambil atau dihindari. Pada akhirnya akan
dilakukan pengelolaan risiko. Semua
kegiatan diatas akan menghasilkan Risk Register yaitu Program
pengelolaan risiko di rumah sakit, yang dibuat setiap tahun.
Lean Management, dunia otomotif pada tahun
2008 dikejutkan dengan munculnya Toyota sebagai penjual mobil nomor satu dunia.
Selanjutnya, pada tahun tahun berikutnya sampai saat ini, secara konsisten
Toyota tetap mempertahankan pencapaian tersebut. Dengan prestasinya itu, Toyota
– dengan Toyota Production Systemnya – telah membuktikan kepada
dunia bahwa metode yang mereka pakai adalah metode yang terbaik. Belajar dari
keberhasilan Toyota, seluruh industri di dunia kemudian mempelajari dan konsep
Toyota Production System. Seluruh industri, termasuk industri pelayanan
kesehatan, kemudian berusaha menerapkan konsep tersebut. Di dunia manufacturing,
Toyota Production System disebut juga sebagai Lean Manufacturing.
Sementara di dunia kesehatan, sebutannya adalah Lean Healthcare. Manfaat
dari penerapan Lean pun langsung dirasakan. Sangat banyak publikasi yang
menjabarkan keuntungan dan manfaat yang mereka peroleh setelah menerapkan
konsep Lean, termasuk di dunia kesehatan. Secara definisi, Lean adalah konsep
yang berasal dari Toyota Production System yang mempunyai tujuan : kualitas
terbaik, biaya terendah, waktu terpendek,
keselamatan terbaik, moral tertinggi
melalui upaya memperpendek alur produksi dengan cara menghilangkan berbagai
waste (sampah / pemborosan) yang tidak berguna. Mengingat begitu besar manfaat
yang dapat diperoleh dari penerapan konsep Lean tersebut, maka sudah
selayaknya upaya penerapan Lean di setiap industri, termasuk industri
kesehatan, mendapat prioritas utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar